[TedTalk] Barry Schwartz – The Paradox of Choice

Pagi ini saya kembali tergelitik untuk menonton seri ted talk lain di sebuah tab yang entah sedari kapan sudah menyediakan video ini untuk ditonton. Kalau di postingan sebelumnya tampaknya terlalu bertele-tele menjelaskan isi videonya, sebaiknya kali ini saya langsung ke inti dari video berumur kurang lebih 9 tahun ini.

Beberapa orang bilang bahwa hidup adalah rangkaian pilihan yang masing-masing dari kita ambil. Pilihan-pilihan itu pada akhirnya mengantarkan kita pada kondisi kita saat ini di semua segi kehidupan. Seseorang di acara reuni dua tahun lalu, mungkin adalah teman bisnis anda saat ini. Teman makan malam 5 tahun lalu mungkin sekarang adalah pasangan anda. Keputusan untuk tidur cepat tadi malam, menyegarkan anda pagi ini sebelum menghadiri meeting penting, dsb. All the choice we’ve made is matter, wether we realize it or not.

Life is a chain of choices. Making the correct one is never easy.

– Karen Mueller Coombs, in Bully at Ambush Corner

Your whole life is a chain of choices – your choices.

– Charles Benoit, in You

Itu dua orang diantaranya 🙂

Di dunia industri, pilihan pada akhirnya menjadi salah satu komoditas (commodity, n, useful or valueable thing, red). Mau beli kopi, sekarang ada latte, cappucino, espresso, dll yang dulu mungkin hanya ada pilihan kopi hitam atau coklat, pahit atau manis. Tujuannya jelas, memberikan kebebasan memilih untuk konsumen. Apakah hal tersebut selalu berimbas baik? Ternyata, belum tentu. Banyaknya pilihan memiliki dampak positif sampai pada suatu titik, bertambahnya pilihan justru menambah beban pikiran yang berujung rasa tidak puas atau bahkan frustasi. Sebagai contoh orang bengong berlama-lama di depan kertas menu sampai memesan sesuatu, namun pada akhirnya merasa kurang puas karena pesanan teman lebih enak, dsb.

All of this choice has two effects, two negative effects on people. One effect, paradoxically, is that it produces paralysis, rather than liberation. With so many options to choose from, people find it very difficult to choose at all. The second effect is that even if we manage to overcome the paralysis and make a choice, we end up less satisfied with the result of the choice than we would be if we had fewer options to choose from.

– Barry Schwartz

Menurunkan ekspektasi mungkin adalah cara paling ampuh untuk mengurangi efek negatif dari banyaknya pilihan. Semua pilihan pasti ada pro dan kontranya, tinggal timbangan mana yang lebih ringan atau lebih bisa diterima efek negatifnya. Selain itu, menentukan prioritas juga memudahkan kita dalam menghindari paralysis dan mempercepat proses memilih.

[TedTalk] Johann Hari – Everything You Think You Know About Addiction Is Wrong

Ceritanya hari ini lagi mentok dan tiba-tiba ingin menonton sesuatu tapi ingin juga melakukan sesuatu yang ‘berguna’, jadilah saya menyambangi channel Youtube TED. Postingan kali ini tentang sebuah video TEDTalk  dengan judul sama seperti judul di atas.

Pertama perlu dibahas dulu isi video-nya, isi dari video ini adalah tentang kecanduan secara umum, meskipun contoh yang Hari gunakan cukup spesifik pada topik kecanduan narkotika. (Kalau sudah nonton video di atas boleh dilewati saja bagian yang ada di dalam pembatas)


 

Cerita bermula ketika Hari memperhatikan kerabatnya yang terlibat kecanduan dan ingin membantunya keluar dari kecanduan tersebut. Dari keinginan tersebut ia mulai menelusuri cari membantu kerabatnya tersebut, hingga pada satu titik muncullah berbagai pertanyaan yang cukup mendasar dalam benaknya seperti bagaimanakah awal kerabat tersebut bisa kecanduan dan mengapa pemerintah (Inggris) tetap menggunakan cara pandang yang dirasa tidak efektif dalam mengurangi angka kecanduan atau membantu mereka sembuh?

Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu, Hari mulai mencari tahu, membaca, dan berbincang mengenai topik ini. Pada suatu poin dia menyadari bahwa banyak hal yang dia ketahui mengenai kecanduan tidaklah tepat. Pada contoh kecanduan narkotika, kecanduan tidak selamanya disebabkan oleh keterikatan kimiawi yang tercipta ketika seseorang terus menerus mengonsumsi narkotika tersebut, ada hal lain yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan ataupun tidak.

Hari mengambil tiga contoh yang digunakan untuk mendukung hipotesis ini, pertama pada penggunaan narkotika sebagai alat bantu penyembuhan luka, kedua penggunaan narkotika oleh tentara-tentara Amerika di medan perang (perang vietnam), dan terakhir percobaan penggunaan narkotika pada tikus oleh Bruce Alexander (Professor psikologi di Vancouver, Kanada). Berdasarkan teori keterikatan kimiawi, seharusnya semua orang pada contoh diatas akan mengalami kecanduan  setelah terpapar narkotika dalam kurun waktu tertentu.

Namun hasilnya berbeda, pada contoh pertama, setelah berhari-hari menggunakan narkotika dalam masa penyembuhan luka di rumah sakit, Hari tidak mengalami kecanduan saat ia keluar dari rumah sakit, padahal bisa dapat dikatakan narkotika yang ia gunakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang ada di jalanan. Contoh kedua, percobaan tikus dan air yang mengandung narkotika. Pada percobaan di dalam kurungan kosong dan hanya berisi air yang mengandung narkotika, sesuai teori tikus tersebut kecanduan dan banyak diantaranya mencoba bunuh diri lebih cepat. Percobaan berikutnya dilakukan di dalam kurungan yang berbeda dan diberi nama Taman Rekreasi Tikus (Rat Park), di dalamnya terdapat semua hal yang tikus sukai, keju, kanal, tikus lain, air biasa, dan tentunya air yang mengandung narkotika. Hasilnya tikus-tikus tersebut tidak mengalami kecanduan dan justru sangat jarang memilih air yang mengandung narkotika. Terakhir, contoh ketiga merupakan contoh yang bisa dibilang menggunakan teori yang serupa dengan percobaan tikus, yaitu penggunaan narkotika saat berada di medan perang. Pada saat di medan perang terhitung banyak prajurit yang mengonsumsi narkotika, sehingga secara teori setelah kembali dari perang mereka akan menjadi pencandu. Namun hal tersebut tidaklah terjadi, 95% dari prajurit tersebut justru berhenti mengonsumsi narkotika setelah kembali ke kampung halamannya.

Dua contoh terakhir memperlihatkan pengaruh signifikan dari keadaan lingkungan yang saling bertolak belakang yang pada akhirnya berdampak pada perbedaan tingkat kecanduan akan narkotika yang terjadi. Keadaan yang menekan (suasana perang dan kurungan terisolir) cenderung menaikkan tingkat kecanduan, sedangkan keadaan bebas dan bahagia (pulang ke rumah setelah perang dan taman rekreasi tikus) cenderung memiliki tingkat kecanduan yang rendah. Anggapan umum yang menyatakan bahwa kecanduan hanya disebabkan oleh keterikatan kimiawi menjadi tidak masuk akal. Kecanduan bisa terjadi dikarenakan oleh adaptasi seseorang terhadap lingkungannya.

Portugal pada tahun 2000an memiliki tingkat kecanduan narkotika yang tinggi dengan 1% penduduknya merupakan para pencandu narkotika. Pada awalnya portugal melakukan cara pendekatan yang serupa dengan yang dilakukan oleh Inggris dan Amerika dalam menangani orang-orang tersebut, yaitu dengan menerapkan sistem rehabilitasi yang semakin membuat mereka terisolir dari dunia luar. Hasil yang memburuk menyebabkan perdana menteri mereka saat itu melakukan perubahan yang signifikan dengan merubah sistem tersebut. Penciptaan lapangan pekerjaan besar-besaran dan pemberian pinjaman sebagai modal usaha kecil diberikan kepada para pecandu. Pengeluaran yang tadinya digunakan untuk merawat mereka dirumah-rumah rehabilitasi dialih fungsikan guna memfasilitasi mereka kembali berbaur dengan masyarakat. Lima belas tahun setelah kebijakan tersebut dibuat, tingkat kecanduan di portugal turun hingga 50%, dan berbagai efek buruk lainnya juga mengalami penurunan drastis. Kuncinya ada pada bagaimana sistem tersebut memberikan ruang untuk para pencandu menemukan kembali tujuan hidup mereka dan hubungan mereka dengan masyarakat.

Kita hidup dalam masyarakat yang cukup rentan terhadap berbagai bentuk candu, baik itu smartphone, makanan, atau belanja. Berdasarkan contoh yang digunakan Hari, munculnya kecanduan secara signifikan disebabkan oleh pengaruh buruknya lingkungan hidup dan rendahnya kualitas hubungan antara satu individu dengan yang lainnya di dalam lingkungan tersebut. Sayangnya budaya yang dianut masyarakat saat ini justru berjalan menuju ke arah tersebut. Metafora teman ditukar dengan tingkat rumah, hubungan interpersonal ditukar dengan barang-barang mewah nampaknya mewakili keadaan saat ini, pada akhirnya masyarakat kita adalah masyarakat yang paling kesepian yang pernah ada. Banyak diantara kita yang merasa hidup lebih serasa berada di kurungan kosong dibandingkan dengan taman rekreasi tikus. Penyembuhan individu tentu dibutuhkan, meskipun begitu ada pula penyembuhan sosial yang perlu dilakukan. Lingkungan yang baik akan menekan tingkat kecanduan dalam masyarakat, seperti yang terjadi di Portugal.

Because the opposite of the addiction is not sobriety, the opposite of addiction is connection

– Johann Hari


Hal yang membuat saya tertarik menonton video ini sebetulnya adalah karena ada kesamaan dengan apa yang sekarang saya rasakan, tentu bukan di bagian narkotikanya ya. Dari kecil selalu ada hal yang membuat saya kecanduan, dari mainan, nonton tv, baca buku, main game, coba organisasi, balik main game lagi. Semuanya dilakukan dengan berlebihan, seakan tidak ada hal lain yang bisa dilakukan (padahal sih ada). Mungkin hal seperti ini bisa jadi baik jika diarahkan ke jalur yang benar ya (baca buku sama organisasi) tapi memang porsinya ternyata banyak ke hal yang kurang baik. Postingan ini sebetulnya pengingat juga bahwa saya perlu memperbaiki kualitas hidup saya supaya lebih berimbang.

[QUOTE #2] 20 secs of Insanely Courage

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/en/d/dc/We_Bought_a_Zoo_Poster.jpg

We Bought a Zoo Poster

Akhirnya, hari ini saya nonton film “We Bought a Zoo” yang sebenarnya ada di laptop sedari lama. Film yang bercerita tentang perjalanan move on seorang Benjamin Mee (Matt Damon), jurnalis yang masih galau setelah sekian lama ditinggalkan sang istri tercinta. Keanehan perilaku sang anak laki-laki di sekolah, Dylan Mee (Colin Ford) membuatnya berfikir untuk mencoba memulai hidup baru di tempat lain. Tak disangka rumah yang disukainya dan anak perempuannya, Rosie Mee (Maggie Elizabeth Jones) ternyata adalah sebuah kebun binatang. Setelah bimbang sejenak, Benjamin memutuskan untuk tetap menempati rumah tersebut, sekaligus menjalankan kembali kebun binatang tersebut. And there it is, The Adventure Begin!

Itulah sekilas gambaran cerita pembuka film tersebut, namun di postingan ini saya tidak akan menceritakan lebih lanjut mengenai film itu sendiri. Saya akan membahas atau lebih tepatnya menceritakan apa yang saya rasakan tentang sebuah quote dari film ini.

“You know, sometimes all you need is twenty seconds of insanely courage. Just literally twenty seconds of just embarrassing bravery. And I promise you, something great will come of it. “

– Benjamin Mee

Mungkin kita semua pernah merasakan suatu masa dimana kita merasa takut atau ragu melakukan suatu hal. Entah itu karena takut salah langkah, takut gagal, atau berbagai alasan lainnya. Jika kita tahu hal itu sebenarnya layak dicoba dan tidak merugikan siapapun, keberanian itulah yang kadang kita butuhkan. Seperti kata sebuah pepatah, Don’t leave any regret if you can.

*Are You OK?

[Buku] 2 (Dua)

Gambar diambil dari 5cm-legacy.com

Gambar diambil dari 5cm-legacy.com

Ini cerita tentang Gusni Annisa Puspita, remaja yang ‘kelebihannya’ adalah keterbasannya. Hidup dalam keluarga yang dekat dengan bulutangkis membuat Gusni memiliki suatu mimpi. Bermain bulutangkis untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Suatu hari, kenyataan itupun terkuak, mimpi yang dia miliki terhalang oleh sebuah kenyataan bahwa dia bukanlah seorang remaja ‘biasa’. Berat badannya yang sejak lahir sangat besar ternyata merupakan efek samping dari penyakit genetik yang dideritanya.

Lalu, apakah lantas mimpi itu kandas?

Gusni yang mengetahui kenyataan bahwa umurnya mungkin tidak akan menginjak 25 tahun ternyata tidak begitu saja menyerah. Dia punya impian dan dia tahu itu, membahagiakan kedua orangtuanya. Impian itulah yang membuatnya terus berjuang melawan penyakitnya.

“Saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya hidup?”

– Gusni

Berbekal harapan dan impian untuk bisa sembuh dan terus membahagiakan orangtuanya membuat Gusni berlatih bulutangkis lebih keras. Hingga, pada akhirnya kerja keras tersebut terbayar.

“Aku berani mencintai, dan aku mencintai dengan berani…”

– Gusni

Mimpi, harapan, dan kerja keras. Tiga hal itu yang menjadi topik utama buku ini. Sebuah mimpi yang hampir kandas oleh cobaan yang begitu besar, namun kembali mekar berkat harapan dan kerja keras.

“Karena segala sesuatu…

…diciptakan

2

kali…

Dalam imaginasi, dan dalam dunia nyata.

Dengan kerja keras, tinggalkan bukti di dunia nyata bahwa impianmu, ADA”

Guru

Tadinya saya hendak menonton sebuah reality show sembari menunggu jadwal kuliah sit-in saya pagi ini. Kemudian saya menemukan link ini. Saya menemukan sesuatu yang lebih menarik untuk dibaca ketimbang menonton reality show favorit saya itu. Ini adalah cerita tentang seorang guru yang ditanya oleh salah seorang tamunya, tentang apa yang bisa “dihasilkan” dengan menjadi seorang guru.

Setelah membaca komik tersebut, saya mengingat kembali guru-guru saya semasa SD, SMP, SMA, dan kini saat kuliah. Benar saja, hampir semua yang disampaikan dalam komik tersebut pernah terjadi.

Yes! They made me wonder, questions, criticize, apologize, write more, and read more.

Bagi saya, guru merupakan orang kedua yang mengajarkan isi dunia pada saya, mengenalkan saya padanya, dan mengajarkan saya bagaimana bersikap padanya. Salah satu dari orang-orang mulia yang saya kenal.

Guru, menurut pepatah jawa artinya “digugu lan ditiru“, dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah seseorang yang didengar dan diikuti. Pepatah ini menggambarkan sebesar dan sedalam apa pengaruh seorang guru terhadap murid-muridnya. Maka dari itu, saya selalu berharap orang yang mau jadi guru adalah orang yang benar-benar tulus dan ikhlas ingin menjadi seorang pendidik dan penebar inspirasi, dan bukannya orang yang justru “terpaksa” jadi guru.

Saya memang bukan seseorang yang kuliah dijurusan keguruan meskipun kedua orang tua saya adalah guru, dan saya juga tidak punya hak apa-apa untuk melarang para calon guru yang terpaksa ini untuk mundur. Tapi satu hal yang pasti, Indonesia sangat membutuhkan guru yang berkualitas. Bukan hanya orang yang pandai, tapi juga orang yang mau memberi teladan baik.

Ingatlah selalu bahwa anak-anak didepanmu adalah titipan peradaban, peradaban berikutnya ada ditangan kalian.

Satu lagi

Be Proud! And if someone ever judge you by what you make, just give them THIS.

Video youtube dari Taylor Mali : disini.

Kerja Praktik : ProloGUE

Bulan ini akhir semester 6 sudah mencapai klimaksnya setelah nilai akhir keluar di OL.akademik (situs paling angker di ITB). Aktifitas di kampus pun mulai berkurang, seiring migrasi besar-besaran penduduk kampung gajah ke daerah asalnya masing-masing. Beberapa aktifitas yang masih kelihatan diantaranya anak-anak 2011 dan 2012 yang sedang mempersiapkan penyambutan mahasiswa baru tahun ini, anak-anak baru angkatan 2013 yang mulai matrikulasi dan daftar ulang setelah diterima SNMPTN, ditambah angkatan tua yang sibuk merampungkan TAnya masing-masing dan persiapan sidang.

Untuk anak-anak tingkat 3 akhir macem saya ini, hal umum yang dilakukan adalah melaksanakan Kerja Praktek (KP). Tidak semua jurusan di ITB mewajibkan KP, contohnya jurusan-jurusan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) seperti Matematika dan Fisika yang tidak mewajibkan. Kalau di jurusan Teknik Informatika (IF) sendiri kerja praktek menjadi mata kuliah yang wajib diambil setelah menjalani tingkat 3. Destinasi kerja praktek ini bisa beragam, ada yang pergi ke perusahaan-perusahaan IT terkemuka (Microsoft, IBM, dll), ada yang ke BUMN (Pertamina, dll), ada yang ke Bank (BI, dll), dan ada juga yang seperti saya berlabuh di perusahaan-perusahaan start-up.

Oiya, KP di lingkungan informatika (IF dan STI) sebenarnya boleh dilakukan secara berkelompok, tapi karena satu dan lain hal saya memilih melakukan KP ini sendiri di perusahaan start-up game Arsanesia (nama legalnya PT. Arsa Grup Indonesia). Arsanesia ini perusahaan game buatan mahasiswa informatika 2008, salah satunya ada Kak Adam, founder sekaligus CEO Arsanesia.

Refleksi pagi hari

Dalam organisasi, jika pengetahuan hanya dimiliki segelintir orang saja, niscaya organisasi itu minim perkembangan, minim ide kreatif, dan minim kebijaksanaan dalam setiap tindakannya

– Saya

ini sedikit refleksi setelah ngobrol bersama salah seorang teman tentang himpunan. inti pemikirannya adalah tentang ide untuk berkembang hanya bisa muncul kalau seseorang “tau” tentang “sesuatu” yang mau dikembangkan itu, kalo sekarang ya “sesuatu” itu dimisalkan sebagai himpunan. Tau yang disini bukan sekedar kenal identitas, tapi kenal dan paham lebih dalam. Mungkin bisa dari karakter atau kebiasaan si “sesuatu” ini.

When you have an IDEA, don’t just have it for yourself. Spread it and make it the IDEA of community, until the day has come where your IDEA being a REALITY.

-Anonymous

HMIF ITB

Ngga terasa udah masuk tahun ketiga saya kuliah di Negeri Gajah Duduk ITB. Banyak cerita pastinya, dari pertama kali menginjakkan kaki di bumi ganesha sampai sekarang memasuki semester lima di jurusan Teknik Informatika.

Dari sekian banyak peristiwa, kali ini saya mau cerita tentang HMIF ITB.

Awal Cerita (SPARTA HMIF 2010)

Tepatnya satu tahun lalu, saya memulai kisah di himpunan ini. Mulai dari kaderisasi bernama SPARTA HMIF 2010 yang dimulai tepat 27 juli tahun lalu. Datang pagi pulang malam bersama kawan-kawan jadi kebiasaan baru. Mulai dari kegiatan formal SPARTA seperti seminar, diskusi dengan motivator, dimarahi senior, hingga kegiatan informal seperti kumpul angkatan, makan bareng, ngobrol ngalor-ngidul tentang kehidupan. Belajar bersama INCEPTION2010 (nama angkatan IF/STI ITB 2010) terus tentang himpunan ini hingga akhirnya kami dilantik menjadi anggota biasa HMIF ITB kira-kira bulan September tahun 2011.

INTRA KAMPUS HMIF

Ini dia divisi yang menaungi saya dua kepengurusan sejak masuk himpunan. Divisi ini isinya orang-orang “koplak”, gokil, ambisius, jenius. Seneng-seneng bareng, ngeforsil bareng, dan mengkaji orang bareng adalah hal yang biasa kami kerjakan. Adhiguna Surya, KaDiv di kepengurusan 2011/2012 jadi KaHim di kepengurusan 2012/2013, Kania KaDiv di kepengurusan 2012/2013 gimana ya? Akankah mencalonkan diri jadi KaHim juga? :p

SPARTA HMIF 2011

Setelah satu tahun lalu kami yang dikader, sekarang giliran kami yang memegang ujung tombak kaderisasi himpunan ini, SPARTA HMIF 2011. Ketua SPARTA kali ini Zulhendra Valiant Janir, fyi 3 SPARTA sebelumnya ketuanya perempuan semua lho. Saya kebagian jadi anggota divisi Materi dan Metode (MaMet) untuk SPARTA kali ini, berat sih karena tugas utamanya merancang materi dan metode penyampaiannya. Apalagi keberhasilan kaderisasi ini ada di MaMet dengan taruhan yang cukup besar yaitu keberjalanan HMIF di tahun-tahun berikutnya yaitu saat kami tidak lagi memegang keberjalanan himpunan ini. SPARTA HMIF 2011 belum usai, seperti apa hasil kaderisasi ini? Kita lihat saja setengah sampai satu tahun kedepan.

Kepengurusan HMIF ITB 2012/2013 sebentar lagi usai (masih lama juga sih sebetulnya). Di kepengurusan depan, saatnya INCEPTION yang memegang tanggung jawab terbesar himpunan ini. Setelah melalui dua kepengurusan, setelah menimba banyak pengalaman menjalankan himpunan, muncul pertanyaan, Sudah siapkan kita menjalankan tanggung jawab ini? Seperti apa wajah himpunan kita ini nantinya?

Kenyamanan

kenyamanan bisa berarti banyak hal

kesenangan dalam melakukan sesuatu

kelegaan atas suatu keadaan

bebasnya pikiran dari hal yang “membebani”

atau bahkan hal-hal remeh sekalipun

setiap orang boleh mengartikan apa saja tentang kenyamanan

tapi menurutku, kenyamanan adalah saat dimana kita merasa benar-benar hidup dan merasa senang dengan keadaan itu

itu nyamanku, apa arti nyamanmu? 😀